search

Selasa, 20 Desember 2011

Aku sedih sekali hari ini.
Apa dari 12 jam siang hari yang km punya, km gag punya waktu semenit pun buat aku?
Aku capek mengejar - ngejar km terus,
Kenapa waktu yang ada buatku semakin berkurang?
Kenapa harus seperti ini lagi?
Kenapa aku merasakan lagi rasa amat sangat sedih yang dulu sering aku rasakan?

Jumat, 15 April 2011

Curhat - curhat

Pengen buat novel tapi gag ada waktu,
Klo ada yang buka halaman ini, tolong baca kutipan novel yang mau aku buat dan kasi coment yah :D
Bab I
Trio Devil

Hari ini tepat sebulan Amanda berada di kota ini. Kota yang baru dengan segala sesuatu yang serba asing buatnya. Kota yang sekarang ditinggalinya hanyalah kota kecil jika dibandingkan dengan kota yang dulu ditinggalinya, Jakarta. Tabanan, begitu nama kota kecil itu. Kota yang terletak di pulau seribu pura, pulau Bali yang eksotik. Kota ini adalah kampung halaman ibunya. Dari sejak kecil Amanda dan ketiga kakaknya dibesarkan di kota metropolitan Jakarta. Setelah kakaknya satu persatu lulus SMP, perlahan proses kepindahannya ke Bali pun dimulai. Alasan kepindahan itu karena ayah dan ibu Amanda menginginkan tempat tinggal yang lebih tenang. Maka setelah kakak pertama Amanda yang bernama David lulus SMP, satu persatu kakak – kakaknya menyusul pindah mengikuti jejak ayah dan ibunya. Dan tentunya Amanda yang paling terakhir pindah ke Bali.
Amanda merasa senang sekali bisa berkumpul dengan keluarga besarnya lagi. Butuh waktu yang lama untuk bisa berkumpul bersama dengan kakak – kakaknya. Namun sayangnya saat tiba waktu Amanda untuk menyusul ketiga kakaknya, orangtua Amanda sedang tak ada di Bali karena ada keperluan pekerjaan. Kemudian hanya berselang sebulan setelah kepindahannya, kakak ketiganya, Charlie, keluar negeri karena mengikuti pertukaran pelajar selama tiga bulan. Tinggallah Amanda dengan kedua kakaknya, David dan Barbara. Tentu ditemani pula oleh dua orang pembantu yang juga merupakan kekerabatan Amanda.
Hari ini Amanda merasa sangat bersemangat. Hari ini memang bukan hari pertama Amanda masuk di sekolah barunya, SMA 3. Tapi ini merupakan hari pertamanya diijinkan membawa motor sendiri ke sekolah. Tadi pagi setelah terjadi perdebatan kecil di meja makan, akhirnya David mengijinkan Amanda untuk pergi ke sekolah dengan motornya sendiri.
“Dave, aku ada urusan di kampus nih. Aku mesti berangkat pagi – pagi. Pulangnya malem kayaknya. Kamu anterin Manda sekolah ya?” kata Barbara pada David saat mereka bertiga tengah sarapan pagi jam 5.30 waktu setempat. Pada hari senin memang semua kegiatan dimulai lebih awal.
“Loh? Kan sekarang giliran kamu yang nganterin Manda sekolah. Kan kamu tau sendiri. Tiap senin aku harus berangkat kerja lebih pagi dari biasanya. Tempat kerjaku jauh Bara.”
“Yah udah kamu anterin aja Manda sekolah bareng kamu. Daripada ntar dia gag ada yang nganterin ke sekolah.”
“Barbara jahat.” Amanda merajuk. “Mana ada orang di sekolah jam segini. Pintu gerbang pasti juga masih tutup.”
“Yee jangan salah. Ada tau orang di sekolahmu jam segini.”
“Masa sih Kak? Emang orang – orang di sini suka nginep di sekolah ya?”
Muka Barbara tiba – tiba memerah, seketika dia tertawa terbahak – bahak. Amanda menampakkan ekspresi yang sangat kontras dengan Barbara, melongo tak mengerti.
“Dasar bodoh.” Barbara masih terkikik geli. “Jam segini tuh adanya cuma hantu – hantu penunggu sekolah.” Amanda langsung bergidik membayangkan perkataan Barbara. “Udahlah Dave, kasi dia bawa motor sendiri napa. Dia itu udah gede. Udah 16 tahun. Udah nggak ngompol lagi kan.”
“Hah? Apa maksud kata – katamu tuh Bara.” sela Amanda.
“Udah. Kalian berdua diem.” Dave menengahi. David berpikir sejenak. “Yah sudah. Seperti kata Barbara. Kamu aku izinin pergi ke sekolah sendiri.”
“Tuh kan Manda. Kamu terima kasih dong sama aku.” Barbara girang. Amanda berbinar – binar senang. “Kalo nggak karena aku, dijamin seumur hidup kamu nggak akan bakal pernah naik motor sendiri. Mulai sekarang dan selanjutnya kamu boleh bawa motormu sendiri.”
“Hei, sejak kapan kamu yang memutuskan.” David menyela. Barbara nyengir saja. “Manda kalo kamu bisa pulang dalam keadaan selamat hari ini. Untuk selanjutnya kamu boleh bawa motormu sendiri.”
Dan begitulah ceritanya. Amanda sudah tidak sabar untuk merasakan mengendarai motornya. Selama sebulan belakang, Amanda sudah belajar keras belajar mengendarai motor dibawah pengawasan Barbara yang super kejam. Rasanya semua penderitaan yang dilaluinya terbayarkan sudah dengan keputusan David tadi pagi.

Toksikologi

TUGAS TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
MERKURI (Hg)



Oleh :
Ni Made Wilantari
0808105002


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2011

BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
Limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dapat merusak dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan manusia. Sumber limbah B3 adalah, setiap orang atau Badan Usaha yang menghasilkan Limbah B3 dan menyimpannya untuk sementara waktu di dalam lokasi kegiatan sebelum Limbah B3 tersebut diserahkan kepada pihak yang bertanggungjawab untuk dikumpulkan dan diolah.
Limbah B3 dapat berbentuk padat, cair dan gas yang dihasilkan baik dari proses produksi maupun proses pemanfaatan produksi industri tersebut yang mempunyai sifat berbahaya dan sifat beracun terhadap ekosistem. Pengelompokan limbah B3 dapat dikategorikan berdasarkan sifatnya yaitu yang bersifat flamable (mudah terbakar), explosive (mudah meledak), corrosive (menimbulkan karat), oxidizing waste (buangan pengoksidasi), infectious waste (buangan penyebab penyakit), toxic waste (buangan beracun).
Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan:
• Lokasi pengolahan
Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di luar lokasi penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:
1. daerah bebas banjir;
2. jarak dengan fasilitas umum minimum 50 meter;
Syarat lokasi pengolahan di luar area penghasil harus:
1. daerah bebas banjir;
2. jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalan lainnya;
3. jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum 300 m;
4. jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m;
5. dan jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung) minimum 300 m.
• Fasilitas pengolahan
Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi:
1. sistem kemanan fasilitas;
2. sistem pencegahan terhadap kebakaran;
3. sistem pencegahan terhadap kebakaran;
4. sistem penanggulangan keadaan darurat;
5. sistem pengujian peralatan;
6. dan pelatihan karyawan.
Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang ditangani adalah limbah yang dalam volume kecil pun berdampak besar terhadap lingkungan.
• Penanganan limbah B3 sebelum diolah
Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis kandungan guna menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut. Setelah uji analisis kandungan dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode yang tepat guna pengolahan limbah tersebut sesuai dengan karakteristik dan kandungan limbah.
• Pengolahan limbah B3
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah. Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:
1. proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan, stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
2. proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik, dan lain - lain.
3. proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir
4. proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar (insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi 0,01 kg atau 10 gr
Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3, tetapi proses dipilih berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai dengan jenis dan materi limbah.
• Hasil pengolahan limbah B3
Memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah diolah dan dilakukan pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut dengan jangka waktu 30 tahun setelah tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau ditutup.
Dalam upaya penanganan limbah B3, pengindentifikasian karakteristik berbahaya dan beracun dari limbah suatu bahan yang dicurigai, merupakan langkah awal yang paling mendasar. Dengan diketahuinya karakteristik limbah, maka suatu upaya penanganan terpadu akan dapat diterapkan. Yang terdiri dari pengendalian, pengurangan, pengumpul, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir.
Strategi penanganan untuk mengoptimalkan sistem pengelolaan, adalah :
1. Hazardous waste minimization, adalah mengurangi sampai seminimum mungkin jumlah limbah kegiatan industri.
2. Daur ulang dan recovery. Untuk cara ini dimaksudkan memanfaatkan kembali sebagai bahan baku dengan metoda daur ulang.
3. Proses pengolahan. Proses ini untuk mengurangi kandungan unsur beracun sehingga tidak berbahaya dengan cara mengolahnya secara fisik, kimia dan biologis.
4. Secured landfill. Cara ini mengkonsentrasikan kandungan limbah B3 dengan fiksasi kimia dan pengkapsulan, untuk selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan aman.
5. Proses detoksifikasi dan netralisasi. Untuk menetralisasi kadar racun.
6. Incinerator , yaitu memusnahkan dengan cara pembakaran pada alat pembakar khusus.
Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan penimbunan akhir.Tujuan dari pengelolaan limbah B3 untuk melindungi kesehatan masyarakat dan mencegah pencemaran lingkungan. Selain itu untuk melindungi air tanah yang disebabkan cara penanganan limbah B3 yang belum memadai.
MERKURI (Hg)
Salah satu contoh bahan beracun dan berbahaya adalah merkuri (Hg). Merkuri banyak digunakan dalam penambangan emas liar di Indonesia, sehingga mencemari air sungai dan menyebabkan gangguan kesehatan pada penambang sebagai akibat penambangan emas tanpa izin. Peristiwa pencemaran merkuri akibat penambangan salah satunya terjadi di daerah Kalimantan Barat. Pengolahan biji emas tanpa izin dalam penambangan liar menggunakan bahan merkuri, sianida, air keras untuk memisahkan emas dari endapan sedimen (lumpur, pasir dan air) limbahnya tidak di olah terlebih dahulu melainkan langsung dibuang ke sungai dan hal ini akan mengakibatkan lingkungan menjadi tercemar (air, ikan dan manusia) bahkan lebih lanjut dapat menimbulkan akibat keracunan dan membahayakan bagi kondisi kesehatan penambang maupun masyarakat sekitar lokasi penambangan.
Merkuri (Hg) mempunyai nama kimia hydragyrum yang merupakan suatu unsur yang berbentuk cair keperakan pada suhu kamar. Merkuri membentuk berbagai persenyawaan baik anorganik (seperti oksida, klorida, dan nitrat) maupun organik. Merkuri dapat menjadi senyawa anorganik melalui oksidasi dan kembali menjadi unsur merkuri (Hg) melalui reduksi.
Toksisitas dari merkuri dapat terjadi pada bentuk organik maupun anorganik. Penyakit Minamata merupakan contoh toksisitas organik. Di teluk minamata, suatu perusahaan membuang merkuri anorganik ke air, merkuri tersebut kemudian dimetilasi oleh bakteri dan selanjutnya dimakan oleh ikan yang akhirnya dikonsumsi oleh manusia. Toksisitas merkuri anorganik terjadi dalam beberapa bentuk. Merkuri metalik (Hg), merkuri merkorous (Hg1+), atau merkuri (Hg2+). Toksisitas dari merkuri anorganik dapat terjadi dari kontak langsung melalui kulit atau saluran gastrointestinal atau melalui uap merkuri. Uap merkuri berdisfusi melalui alveoli, terionisasi didarah, dan akhirnya disimpan di system saraf pusat.
Merkuri di lingkungan terdapat dalam bentuk ikatan organik dan anorganik. Merkuri anorganik Merkuri anorganik dalam bentuk Hg+ dan garam merkuri (Hg+ + +). Hg + dapat menguap dan secara sempurna diserap oleh saluran pernapasan. Melalui saluran pernapasan partikel Hg+ tidak diabsorbsi secara sempurna. Hg anorganik menembus saluran darah otak menuju ke sistem saraf. Racun akibat Hg anorganik biasanya bersumber dari lingkungan kerja. Merkuri organik adalah senyawa merkuri yang terikat dengan satu logam karbon, contohnya metal merkuri. Merkuri anorganik dapat diubah menjadi merkuri organik dengan bantuan bakteri anorganik, khususnya untuk memproduksi logam merkuri suatu bentuk merkuri yang mudah masuk kedalam sel dalam tubuh. Beberapa kejadian yang terjadi akibat kontaminasi air yang menyebabkan keracunan. Ikan yang dimakan terkontaminasi metal merkuri, yang diubah oleh bakteri di dalam endapan air. Keracunan merkuri terjadi pada populasi lokal yang mengkonsumsi ikan terpapar merkuri.
Keracunan yang disebabkan oleh merkuri ini, umumnya berawal dari kebiasaaan memakan makanan dari laut, teruama sekali ikan, udang dan tiram yang telah terkontaminasi oleh merkuri. Awal peristiwa kontaminasi merkuri terhadap bioata laut adalah masuknya buangan industri yang mengandung merkuri kedalam badan perairan teluk (lautan). Selanjutnya dengan adanya proses biomagnifikasi yang bekerja di lautan, konsentrasi merkuri yang masuk akan terus ditingkatkan disamping penambahan yang terus menerus dari buangan pabrik merkuri yang masuk tersebut kemudian berasosiasi dengan sistem rantai makanan, sehingga masuk kedalam tubuh biota perairan dan ikut termakan oleh manusia bersama makanan yang diambil dari perairan yang tercemar oleh merkuri. Disamping itu merkuri juga masuk bersama bahan makanan pokok seperti gandum dan beras, yang telah diberi senyawa merkuri pada waktu pembibitan dan penyemaian. Sebagai bahan pencemar yang sangat beracun, keberadaan merkuri dalam tata lingkungan selalu menjadi topik yang selalu hangat untuk dibahas. Pembahasan mengenai tingkah laku merkuri dalam tubuh biasanya tidak terlepas dari senyawa merkuri yang mencemari lingkungan.
Senyawa merkuri tersebut yaitu :
1. Senyawa merkuri an-organik termasuk logam merkuri
2. Senyawa akil-merkuri yang mempunyai struktur hidrokarbon rantai lurus
3. Senyawa aril-merkuri dengan struktur yang mengandung cicin hidrokarbon aromatik.
Penggunaan merkuri didalam industri - industri sering menyebabkan pencemaran lingkungan, baik melalui air buangan maupun melalui system ventilasi udara. Merkuri yang terbuang kesungai, pantai atau badan air disekitar industri-industri tersebut kemudian dapat mengkontaminasi ikan–ikan dan mahluk air lainya termasuk ganggang dan tanaman air. Selanjutnya ikan–ikan kecil dan mahluk air lainnya mungkin akan dimakan oleh ikan-ikan atau hewan air lainnya yang lebih besar atau masuk kedalam tubuh melalui insang. Kerang juga dapat mengumpulkan merkuri didalam cangkangnya. Ikan-ikan dan hewan-hewan tersebut kemudian dikonsumsi oleh manusia sehingga manusia dapat mengumpulkan di dalam tubuhnya. Penggunaan merkuri dibidang pertanian sebagai pelapis benih dapat mencemari tanah – tanah pertanian yang berakibat pencemaran terhadap hasil-hasil pertanian, terutama sayursayuran. Batasan kandungan merkuri maksimum adalah 0,005 ppm untuk air dan 0,5 ppm untuk makanan. Sedangkan WHO (World Health Orgaization) menetapkan batasan maksimum yang lebih rendah yaitu 0,0001 ppm untuk air.

SUMBER :
Anonim, 2011, Pengertian Limbah B3, , diakses pada 8 April 2011.
Anonim, 2011, Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), , diakses pada 8 April 2011.
Anonim, 2011, Pengelolaan Limbah B3, , diakses pada 8 April 2011.
Subanri, 2008, Kajian Beban Pencemaran Merkuri (Hg) Terhadap Air Sungai Menyuke Dan Gangguan Kesehatan Pada Penambang Sebagai Akibat Penambangan Emas Tanpa Izin (Peti) Dikecamatan Menyuke Kabupaten Landak Kalimantan Barat, , diakses pada 8 April 2011.

Struktur senyawa Kompleks

TUGAS KIMIA ANORGANIK III
SENYAWA KOMPLEKS








OLEH :
NI MADE WILANTARI
0808105002


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2011

Senyawa Kompleks

Pengertian SenyawaKompleks
Salah satu sifat unsur transisi adalah mempunyai kecenderungan untuk membentuk ion kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam transisi memiliki orbital-orbital kosong yang dapat menerima pasangan elektron pada pembentukan ikatan dengan molekul atau anion tertentu membentuk ion kompleks
Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat atau atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut ligan. Banyaknya ikatan koordinasi antara ion pusat dan ligan disebut bilangan koordinasi. Ion pusat merupakan ion unsur transisi, dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan. Pasangan elektron bebas dari ligan menempati orbital-orbital kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d pada ion pusat.
Ligan adalah molekul atau ion yang dapat menyumbangkan pasangan elektron bebas kepada ion pusat. Ligan ada yang netral dan bermuatan negatif atau positif. Pemberian nama pada ligan disesuaikan dengan jenis ligannya. Bila ada dua macam ligan atau lebih maka diurutkan menurut abjad.
Senyawa kompleks adalah senyawa yang mengandung kation logam pusat yang berikatan dengan satu atau lebih ion atau molekul (ligan). Senyawa kompleks terbentuk dari ion logam dan ligan. Pada umumnya ion logam yang digunakan adalah: ion logam transisi golongan 3-11 dengan konfigurasi elektron [gas mulia] nd1-9, sedang ligan yang terkoordinasi adalah basa Lewis. Struktur dan sifat Senyawa kompleks serta syarat kestabilan telah banyak diteliti dan dipelajari. Sementara itu ion logam dengan konfigurasi elektron [gas mulia] nd10, yang disebut sel tertutup (closed shell) kurang diperhatikan karena strukturnya selalu teratur dan sederhana. Ion logam sel tertutup ini adalah ion logam golongan 11 dengan bilangan oksidasi +1 dan golongan 12 yang berbilangan oksidasi +2. Struktur kompleks ion logam d10 ini telah didominasi dengan struktur yang dapat diramalkan, misalnya: struktur kompeks kation [Ag(NH3)2]+ adalah linier dengan koordinasi dua dan kompleks kation [Zn(NH3)4]2+ adalah tetraeder dengan koordinasi empat. Selain itu Senyawa kompleks dari ion logam d10 jarang diteliti karena warnanya selalu putih, bersifat diamagnetik dan energi penstabilan medan ligan berharga nol.

Penggolongan Ligan
Atom dalam suatu ligan yang terikat langsung dengan atom logam disebut atom donor. Bilangan koordinasi dalam suatu senyawa koordinasi adalah banyaknya atom donor di seputar atom logam pusat dalam ion kompleks. Berdasarkan pada banyaknya atom donor, ligan dapat digolongkan menjadi:
1. Ligan monodentat (1 atom donor), contoh : H2O, NH3, Cl-
2. Ligan bidentat (2 atom donor), contoh : etilenadiamina
3. Ligan polidentat (lebih dari 2 atom donor), contoh : EDTA


Tatanama senyawa kompleks
Pada dasarnya, dalam memberi nama suatu senyawa kompleks langkah – langkah yang dilakukan adalah
1. Dalam menamai sebuah ion kompleks, ligan disebutkan sebelum ion logam
2. Nama-nama ligan dituliskan sesuai urutan alfabetis. (awalan yang menunjukkan jumlah tidak memengaruhi urutan alfabetis)
o Berikan awalan pada ligan-ligan sesuai jumlahnya. Ligan-ligan monodentat memiliki awalan : di-, tri-, tetra-, penta-, heksa-, dst. sesuai jumlahnya. Ligan-ligan polidentat diberi awalan bis-, tris-, tetrakis-, dst.
o Ligan anion diakhiri dengan huruf 'o', misalnya sulfat menjadi sulfato, dan jika anion tersebut memiliki akhiran -ida, maka akhiran tersebut dihilangkan misalnya sianida menjadi siano.
o Ligan netral diberikan nama umumnya, kecuali amina untuk NH3, aqua atau aquo untuk H2O, karbonil untuk CO, dan nitrosil untuk NO
3. Tuliskan nama ion/atom pusat. Jika ion kompleks tersebut merupakan sebuah anion, nama atom pusat diakhiri dengan -at, dan menggunakan nama Latinnya. Jika tidak, maka atom pusat dituliskan dengan nama umumnya dalam bahasa Indonesia. Jika diperlukan, tulis bilangan oksidasinya dalam angka romawi (atau 0), dalam tanda kurung.
4. Jika kompleks tersebut merupakan senyawa ion, tuliskan nama kation sebelum nama anion dipisahkan dengan spasi. Jika kompleks tersebut merupakan ion bermuatan, tuliskan kata "ion" sebelum nama kompleks tersebut
Contoh:
[NiCl4]2− → ion tetrakloronikelat(II)
[CuNH3Cl5]3− → ion aminapentaklorokuprat(II)
[Cd(en)2(CN)2] → disianobis(etilendiamin)kadmium(II)
[Co(NH3)5Cl]SO4 → pentaaminaklorokobalt(III) sulfat

Salah satu contoh kriteria struktur senyawa kompleks
Senyawa kompleks terbentuk dari ion logam dan ligan. Pada umumnya ion logam yang digunakan adalah: ion logam transisi golongan 3-11 dengan konfigurasi elektron [gas mulia] nd1-9, sedang ligan yang terkoordinasi adalah basa Lewis. Struktur dan sifat Senyawa kompleks serta syarat kestabilan telah banyak diteliti dan dipelajari. Sementara itu ion logam dengan konfigurasi elektron [gas mulia] nd10, yang disebut sel tertutup (closed shell) kurang diperhatikan karena strukturnya selalu teratur dan sederhana. Ion logam sel tertutup ini adalah ion logam golongan 11 dengan bilangan oksidasi +1 dan golongan 12 yang berbilangan oksidasi +2. Struktur kompleks ion logam d10 ini telah didominasi dengan struktur yang dapat diramalkan, misalnya: struktur kompeks kation [Ag(NH3)2]+ adalah linier dengan koordinasi dua dan kompleks kation [Zn(NH3)4]2+ adalah tetraeder dengan koordinasi empat.

Bilangan Koordinasi Senyawa Kompleks
Bilangan koordinasi ditentukan oleh ukuran atom logam pusat, jumlah elektron d, efek sterik ligan. Dikenal kompleks dengan bilangan koordinasi antara 2 dan 9. Khususnya kompleks bilangan koordinasi 4 sampai 6 adalah yang paling stabil secara elektronik dan secara geometri dan kompleks dengan bilangan koordinasi 4-6 yang paling banyak dijumpai (Gambar 6.1). Kompleks dengan berbagai bilangan koordinasi dideskripsikan di bawah ini.

Kompleks berbilangan koordinasi dua
Banyak ion yang kaya elektron d10, misalnya: Cu+, Ag+, dan Au+, membentuk kompleks linear seperti [Cl-Ag-Cl]- atau [H3N-Au-NH3]-. Kompleks dengan valensi nol [Pd(PCy3)2] dengan ligan yang sangat meruah trisikloheksilfosfin juga dikenal. Umumnya, kompleks berkoordinasi 2 dikenal untuk logam transisi akhir.
Kompleks berbilangan koordinasi tiga
Walaupun [Fe{N(SiMe3)3}3] adalah salah satu contoh, komplek dengan bilangan koordinasi 3 jarang diamati.
Kompleks berbilangan koordinasi empat
Bila empat ligan berkoordinasi pada logam, koordinasi tetrahedral (Td) adalah geometri yang paling longgar, walaupun sejumlah kompleks bujur sangkar (D4h) juga dikenal. [CoBr4]2-, Ni(CO)4, [Cu(py)4]+, [AuCl4]- adalah contoh-contoh kompleks tetrahedral. Ada beberapa kompleks bujur sangkar dengan ligan identik, seperti [Ni(CN)4]2-, atau [PdCl4]2-. Dalam kasus kompleks ligan campuran, sejumlah kompleks bujur sangkar ion d8, Rh+, Ir+, Pd2+, Pt2+, dan Au3+, telah dilaporkan. Contohnya termasuk [RhCl(PMe3)3], [IrCl(CO)(PMe3)2], [NiCl2(PEt3)2], dan [PtCl2(NH3)2] (Et =C2H5).
Kompleks berbilangan koordinasi lima
Contoh kompleks berbilangan koordinasi lima adalah trigonal bipiramidal (D3h) Fe(CO)5 atau piramida bujur sangkar (C4v) VO(OH2)4. Dulunya, kompleks berbilangan koordinasi lima jarang namun jumlahnya kini meningkat. Perbedaan energi antara dua modus koordinasi (nbipiramida dan piramida bujursangakar, pentj) ini tidak terlalu besar dan transformasi struktural mudah terjadi. Misalnya, struktur molekular dan spektrum Fe(CO)5 konsisiten dengan struktur bipiramid trigonal, tetapi spektrum NMR 13C menunjukkan satu sinyal pada suhu rendah, yang mengindikasikan bahwa ligan karbonil di aksial dan ekuatorial mengalami pertukaran dalam skala waktu NMR (10-1~10-9 s). Transformasi struktural berlangsung melalui struktur piramid bujur sangkar dan mekanismenya dikenal dengan pseudorotasi Berry.

Kompleks berbilangan koordinasi enam
Bila enam ligan berkoordinasi dengan atom pusat, koordinasi oktahedral (Oh) yang paling stabil dan mayoritas kompleks memiliki struktur oktahedral. Khususnya, ada sejumlah kompleks Cr3+ dan Co3+ yang inert pada reaksi pertukaran ligan, dinyatakan dengan [Cr(NH3)6]3+ atau [Co(NH3)6]3+. Keduanya khususnya penting dalam sejarah perkembangan kimia koordinasi. [Mo(CO)6], [RhCl6]3-, dsb. juga merupakan kompleks oktahedral. Dalam kasus ligan campuran, isomer geometri cis- dan trans-[MA4B2] dan mer- dan fac-[MA3B3], dan untuk ligan khelat ∆-[M(A-A)3] dan Λ-[M(A-A)3] isomer optik, mungkin terjadi. Struktur oktahedral menunjukkan distorsi tetragonal (D4h), rombik (D2h), trigonal (D3h) yang disebabkan efek elektronik atau sterik. Distorsi tetragonal [Cr(NH3)6]3+ oleh faktor elektronik adalah contoh khas efek Jahn-Teller (lihat bab 6.2(a)).

Atom dengan koordinasi enam dapat berkoordinasi prisma trigonal. Walaupun koordinasi ini diamati di [Zr(CH3)6]2- atau [Re{S2C2(CF3)2}3], kompleks logam jarang berkoordinasi prisma trigonal karena koordinasi oktahedral secara sterik lebih natural. Walaupun demikian telah lama dikenal bahwa belerang di sekitar logam adalah prisma trigonal dalam padatan MoS2 dan WS2.
Kompleks berbilangan koordinasi lebih tinggi dari enam
Ion logam transisi deret kedua dan ketiga kadang dapat mengikat tujuh atau lebih ligan dan misalnya [Mo(CN)8]3- atau [ReH9]2-. Dalam kasus-kasus ini, ligan yang lebih kecil lebih disukai untuk menurunkan efek sterik.

Geometri senyawa kompleks

Bilangan koordinasi Struktur Gambar Contoh
2 Linier [Cl-Ag-Cl]-, [H3N-Au-NH3]-
3 Segitiga planar [Fe{N(SiMe3)3}3]
4 Tetrahedral [CoBr4]2-, [Ni(CO)4], [Cu(py)4]+, [AuCl4]-
4 Segiempat Planar [RhCl(PMe3)3], [IrCl(CO)(PMe3)2], [NiCl2(PEt3)2], dan [PtCl2(NH3)2]
5 Trigonal bipiramida [Fe(CO)5]
6 Oktahedral [Cr(NH3)6]3+, [Co(NH3)6]3+, [Mo(CO)6], [RhCl6]3-


Daftar Pustaka :
Anonim, 2009, Kimia Senyawa Koordinasi, , diakses pada 8 April 2011.

Anonim, 2011, Kompleks (Kimia), , diakses pada 8 April 2011.
Anonim, 2011, Senyawa Kompleks, , diakses pada 8 April 2011.
Saito, Taro, 2009, Bilangan Koordinasi dan Struktur, , diakses pada 8 April 2011.

Jumat, 14 Januari 2011

Memories

I Putu Udayana Putra
Ya aku bersamamu sekarang
Memperjuangkan cinta yang aku jalani
Aku harap api cinta ini bisa abadi
Jangan pernah padam
Aku harap km benar – benar yang terakhir
Aku harap yang aku rasakan benar – benar cinta
Aku akui km memang yang terbaik
Tentunya tanpa rokok dan mabuk
Bersamamu semua mimpiku bisa aku wujudkan
Tapi aku tak bisa memprediksi apakah ini akan bertahan lama
Aku hanya akan tetap menjalani dan berusaha
Semoga ini cinta yang terakhir dalam hidupku
Terima kasih sudah menerimaku apa adanya

Rabu, 05 Mei 2010

REFRAKTOMETRI
I. Tujuan Percobaan
 Untuk meningkatkan kemampuan melakukan prosedur laboratorium yang sederhana dengan baik dan efisien
 Untuk meningkatkan kemampuan mengukur data, melakukan pengamatan dan pengukuran serta membuat perhitungan yang sistematis
 Untuk mengetahui cara kerja alat refraktometer Abbe
 Untuk mengetahui indeks bias dari berbagai macam zat cair
II. Dasar Teori
Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena
melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Pembiasan cahaya juga dapat didefinisikan sebagai pembelokan cahaya ketika berkas cahaya melewati bidang batas dua medium yang berbeda indeks biasnya. Indeks bias mutlak suatu bahan adalah perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di bahan tersebut. Indeks bias relatif merupakan perbandingan indeks bias dua medium berbeda. Indeks bias relatif medium kedua terhadap medium pertama adalah perbandingan indeks bias antara medium kedua dengan indeks bias medium pertama. Pembiasan cahaya menyebabkan kedalaman semu dan pemantulan sempurna.Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Mendekati garis normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optik kurang rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke dalam air.
b. Menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari dalam air ke udara.
Syarat-syarat terjadinya pembiasan :
1) cahaya melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya;
2) cahaya datang tidak tegaklurus terhadap bidang batas (sudut datang lebih kecil dari 90O)
Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari
diantaranya :
 dasar kolam terlihat lebih dangkal bila dilihat dari atas.
 kacamata minus (negatif) atau kacamata plus (positif) dapat membuat jelas pandangan bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya pembiasan.
 terjadinya pelangi setelah turun hujan.

Indeks Bias
Indeks bias pada medium didefinisikan sebagai perbandingan antara cepat rambat cahaya di udara dengan cepat rambat cahaya di medium tersebut. Pembiasan cahaya dapat terjadi dikarenakan perbedaan laju cahaya pada kedua medium. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat. Menurut Christian Huygens (1629-1695) : “Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias.”
Secara matematis, indeks bias dapat ditulis: n = c / cm
• n = indeks bias
• c = cepat rambat cahaya di ruang hampa (3x10^8 m/s)
• cm = cepat rambat cahaya di suatu medium
atau:
n = ʎ1/ʎ2 = sin ɑ /sin ʙ
• ʎ1 = panjang gelombang 1
• ʎ2 = panjang gelombang 2
• ɑ = sudut datang
• ʙ = sudut bias
Hukum Snellius
Pada sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snellius (1591 –1626) melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang dengan sudut bias. Hasil eksperimen ini dikenal dengan nama hukum Snellius. Hukum Snellius adalah rumus matematika yang memerikan hubungan antara sudut datang dan sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya yang melalui batas antara dua medium isotropik berbeda, seperti udara dan gelas, yang berbunyi :
• sinar datang, garis normal, dan sinar bias terletak pada satu bidang datar.
• hasil bagi sinus sudut datang dengan sinus sudut bias merupakan bilangan tetap
dan disebut indeks bias.


Pembiasan cahaya pada antarmuka antara dua medium dengan indeks bias berbeda, dengan n2 > n1. Karena kecepatan cahaya lebih rendah di medium kedua (v2 < v1), sudut bias θ2 lebih kecil dari sudut datang θ1; dengan kata lain, berkas di medium berindeks lebih tinggi lebih dekat ke garis normal
Perumusan matematis hukum Snellius adalah

atau

atau

Lambang θ1,θ2 merujuk pada sudut datang dan sudut bias, v1 dan v2 pada kecepatan cahaya sinar datang dan sinar bias. Lambang n1 merujuk pada indeks bias medium yang dilalui sinar datang, sedangkan n2 adalah indeks bias medium yang dilalui sinar bias. Hukum Snellius dapat digunakan untuk menghitung sudut datang atau sudut bias, dan dalam eksperimen untuk menghitung indeks bias suatu bahan.
Pada tahun 1678, dalam Traité de la Lumiere, Christiaan Huygens menjelaskan hukum Snellius dari penurunan prinsip Huygens tentang sifat cahaya sebagai gelombang. Hukum Snellius dikatakan, berlaku hanya pada medium isotropik atau "teratur" pada kondisi cahaya monokromatik yang hanya mempunyai frekuensi tunggal, sehingga bersifat reversibel. Hukum Snellius dijabarkan kembali dalam rasio sebagai berikut:


Pemantulan Internal Sempurna (Total Internal Reflection)
Pemantulan internal sempurna adalah pemantulan yang terjadi pada bidang batas dua zat bening yang berbeda kerapatan optiknya.
• Cahaya datang yang berasal dari air (medium optik lebih rapat) menuju ke udara
(medium optik kurang rapat) dibiaskan menjauhi garis normal (berkas cahaya J).
• Pada sudut datang tertentu, maka sudut biasnya akan 90° dan dalam hal ini berkas
bias akan berimpit dengan bidang batas (berkas K). Sudut datang dimana hal ini terjadi dinamakan sudut kritis (sudut batas).
Sudut kritis adalah sudut datang yang mempunyai sudut bias 90° atau yang mempunyai cahaya bias berimpit dengan bidang batas.
• Apabila sudut datang yang telah menjadi sudut kritis diperbesar lagi, maka cahaya
biasnya tidak lagi menuju ke udara, tetapi seluruhnya dikembalikan ke dalam air
(dipantulkan)(berkas L). Peristiwa inilah yang dinamakan pemantulan internal sempurna Syarat terjadinya pemantulan internal sempurna :
1) Cahaya datang berasal dari zat yang lebih rapat menuju ke zat yang lebih
renggang.
2) Sudut datang lebih besar dari sudut kritis.
Beberapa peristiwa pemantulan sempurna dapat kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari, diantaranya :
a. Terjadinya fatamorgana
b. Intan dan berlian tampak berkilauan
c. Teropong prisma
d. Periskop prisma
e. Serat optik, digunakan pada alat telekomunikasi atau bidang kedokteran. Serat ini
digunakan untuk mentransmisikan percakapan telefon, sinyal video, dan data
komputer.
Refraktometer
Refraktometri adalah suatu analisis yang berdasarkan pada penentuan indeks bias suatu zat dengan alat yang disebut refraktometer. Refraktometer Abbe adalah sebuah alat yang ditemukan oleh orang Jerman yang bernama Zeiss Abbe, yang digunakan untuk mengukur indeks biasa suatu zat cair, zat padat yang transparan, film dan serbuk. Ernst Abbe (1840 - 1905), bekerja untuk Perusahaan Zeiss di Jena, Jerman pada 1800-an, adalah orang pertama yang mengembangkan refraktometer laboratorium. Instrumen pertama dengan termometer dan diperlukan sirkulasi air untuk mengontrol instrumen dan suhu fluida. Mereka juga memiliki penyesuaian untuk menghilangkan efek dari dispersi dan skala analog dari mana pembacaan diambil.
Prinsip kerja alat ini adalah didasarkan pada pengukuran sudut kritis yaitu sudut terkecil dari luas bidang dengan garis normal (θ2) dalam medium yang indeks biasnya terbesar, dimana sinar dipantulkan seluruhnya. Alat refraktometer ini dilengkapi dengan bak thermostat yang berfungsi untuk menjaga dan mengatur suhu saat pengukuran indeks bias.






Gambar Refraktometer Abbe




Gambar jenis – jenis pembiasan cahaya.

III. Alat dan Bahan
Alat – Alat
 Refraktometer Abbe
 Bak Thermostat
 Pipet Tetes
Bahan – Bahan
 Glukosa 2,5%
 Glukosa 5%
 Campuran Glukosa + Sukrosa 10%
 Minyak goreng Bimoli
 Minyak goreng C
 Aquadest
 Etanol
 Tissue

IV. CARA KERJA
Pengoperasian dari refraktometer Abbe :
Air dari bak thermostat diuji bahwa sedang disirkulasi melalui prisma dan temperature konstan ( 25 0 ±10 ) C. Prisma yang iluminasi dan refraksi digantung bersama – sama sepanjang 1 sisi dan di klep pada sisi yang berlawanan. Klem di buka dan prisma di pisahkan. Kedua permukaan prisma dibersihkan dengan hati – hati menggunakan tisu yang telah diisi etanol. Bila permukaan prisma sudah bersih dan kering, kedua permukaan prisma dibawa bersama – sama dan klem ditutup. Yakinkan bahwa permukaan prisma bebas dari debu atau pasir ( yang dapat menyebabkan kerusakan bila prisma diklem bersama – sama. Satu sampai dua tetes sampel diteteskan pada lubang isian dengan pipet tetes ( yang seharusnya sudah terang sepanjang persimpangan diantara dua prisma yang di klem ). Prisma yang terpasang sepanjang sumbu horizontal dapat diputar dengan knop logam knurled ( dibawah skala ) dengan tetap menjaga posisi dari cermin teleskop. Prisma diputar sampai batas antar medan terang dan medan gelap terlihat jelas pada teleskop ( jika pengaturan konpensator Abbe tidak tepat maka akan terlihat seberkas sinar berwarna yang tersebar pada perbatasan medan gelap dengan terang). Cermin diatur untuk dapat memantulkan sinar sepanjang sumbu teleskop. Posisi terbaik dapat diperoleh dengan mencoba bila zat cair sudah diberikan , dan suatu saat tidak perlu diadakan perubahan setelan itu untuk mendapatkan sumber cahaya yang mantap. Pada ujung bawah dari teleskop, terdapat kpom logam knurned yang berfungsi mengatur kompensator Abbe. Pengatur dianggap benar jika terlihat batas yang tajam antar medan gelap dan medan terang. Prisma diputar hingga batas gelap dan terang tepat berhimpitan dengan titik potong dari garis silang ( lensa mata pada teleskop dapat diatur dengan memutarnya untuk membuat garis silang berada pada focus yang tajam ). Setelah batas gelap dan terang tepat berhimpitan dengan titik potong dari garis silang, indeks bias dari sampel tersebut dibaca dari skala ( diberi tanda no ), suatu saat pengaturan yang selanjutnya telah dibuat. Lensa mata dari pembacaan skala teleskop dapat diatur untuk membuat skala menjadi focus yang tajam. Untuk menyelesaikan pengukuran, permukaan prisma dibersihkan dan dikeringkan kemudian prisma diklem menjadi satu. Penutup protektif peralatan dilepaskan. Prisma, teleskop dan cermin yang jelas dapat diputar sebagai unit tunggal sepanjang sumbu horizontal. Dengan cara ini memungkinkan untuk membuat permukaan prisma yang jelas menjadi posisi horisontal. Sehingga sebagai alternative sampai pada langkah tiga, setetes zat cair dapat ditransfer secara langsung ke permukaan prisma. Prosedur ini diperlukan untuk pengukuran indeks bias zat cair yang kental.
V. DATA PENGAMATAN

NO SAMPEL PERCOBAAN SUHU (0C) INDEKS BIAS
1. Aquadest I 30 1,3320
2. Glukosa 2,5% I 30 1,3350
II 30 1,3350
III 30 1,3345
3. Glukosa 5% I 30 1,3380
II 30 1,3380
III 30 1,3380
4. Glukosa + Sukrosa 10% I 30 1,3445
II 30 1,3450
III 30 1,3450
5. Minyak Goreng Bimoli I 30 1,4620
II 30 1,4620
III 30 1,4625
6. Minyak goreng C I 30 1,4625
II 30 1,4625
II 30 1,4620









VI. PERHITUNGAN
1. Aquades
Menentukan tingkat ketelitian pengukuran :











1,3320 1,3320 0 0
1,3320 1,3320 0 0
1,3320 1,3320 0 0




= 0


Jadi nD Aquadest pada suhu 300C adalah 1,3320 ± 0



= 0%
Kebenaran Praktikum = 100 % - 0%
= 100%

2. Glukosa 2,5 %
Menentukan tingkt ketelitian pengukuran :










1,3350 1,3348 0,0002 4. 10-8
1,3350 1,3348 0,0002 4. 10-8
1,3345 1,3348 - 0,0003 9. 10-8
17. 10-8


= 2,92. 10-4


Jadi nD Glukosa 2,5% pada suhu 300C adalah 1,3348 ± 2,92.10-4



= 0,02%
Kebenaran Praktikum = 100 % - 0,02%
= 99,98%

3. Glukosa 5 %
Menentukan tingkat ketelitian pengukuran :











1,3380 1,3380 0 0
1,3380 1,3380 0 0
1,3380 1,3380 0 0




= 0


Jadi nD Glukosa 5% pada suhu 300C adalah 1,3380 ± 0



= 0%
Kebenaran Praktikum = 100 % - 0%
= 100%

4. Glukosa + sukrosa 10%
Menentukan tingkat ketelitian pengukuran :










1,3445 1,3448 -0,0003 9.10-8
1,3450 1,3448 0,0002 4.10-8
1,3450 1,3448 0,0002 4.10-8




= 2,92. 10-4


Jadi nD Glukosa + Sukrosa 10% pada suhu 300C adalah 1,3448 ± 2,92.10-4



= 0,02%
Kebenaran Praktikum = 100 % - 0,02%
= 99,98%

5. Minyak Goreng Bimoli
Menentukan tingkat ketelitian pengukuran :














1,4620 1,4622 -0,0002 4.10-8
1,4620 1,4622 -0,0002 4.10-8
1,4625 1,4622 0,0003 9.10-8




= 2,92. 10-4


Jadi nD minyak bimoli pada suhu 300C adalah 1,4622 ± 2,92.10-4



= 0,02%
Kebenaran Praktikum = 100 % - 0,02%
= 99,98%


6. Minyak Goreng C
Menentukan tingkat ketelitian pengukuran :













1,4625 1,4623 0,0002 4.10-8
1,4625 1,4623 0,0002 4.10-8
1,4620 1,4623 -0,0003 9.10-8




= 2,92. 10-4


Jadi nD minyak goreng C pada suhu 300C adalah 1,4623 ± 2,92.10-4



= 0,02%
Kebenaran Praktikum = 100 % - 0,02%
= 99,98%














VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan pengukuran dilaboratorium ini dilakukan pengukuran indeks bias dari beberapa zat cair dengan menggunakan alat refraktometer Abbe. Prinsip kerja alat ini adalah didasarkan pada pengukuran sudut kritis yaitu sudut terkecil dari luas bidang dengan garis normal dalam medium yang indeks biasnya terbesar, dimana sinar dipantulkan seluruhnya. Pada percobaan ini zat cair yang akan diukur indeks biasnya adalah Glukosa 2.5%, Glukosa 5%, campuran Glukosa + Sukrosa 10%, minyak goreng Bimoli dan minyak goreng C. Untuk masing – masing zat akan dilakukan tiga kali pengulangan untuk memperkecil tingkat kesalahan sehingga bisa mendekati ketepatan.
Sebelum refraktometer dipakai, prisma pada refraktometer dibersihkan terlebih dahulu dengan tissue yang diberi etanol agar permukaan prisma bebas dari debu atau pasir yang dapat menyebabkan kerusakan pada prisma. Untuk mengecek alat masih dalam keadaan baik dan layak pakai dilakukan kalibrasi alat dengan menggunakan Aquadest. Hasil pengukuran indeks bias terhadap aquadest adalah 1,3320. Berdasarkan literature diketahui bahwa indeks bias aquades pada suhu 30 0C adalah 1,3320. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketepatan dari alat refraktometer ini masih baik.
Setelah dilakukan percobaab diperoleh data sebagai berikut :
1. Indeks bias rata - rata untuk Glukosa 2,5 % adalah 1,3348
2. Indeks bias rata – rata untuk Glukosa 5 % adalah 1,3380
3. Indeks bias rata – rata untuk campuran Glukosa + Sukrosa 10 % adalah 1,3348
4. Indeks bias rata – rata untuk minyak goreng Bimoli adalah 1,4622
5. Indeks bias rata – rata untuk minyak goreng C adalah 1,4623
Dari data diatas dapat dilihat bahwa indeks bias semua cairan diatas lebih besar dari indeks bias cairan yaitu 1,3320. Indeks bias tertinggi dihasilkan oleh minyak goreng C. Tiap cairan memiliki indeks bias yang berbeda, walaupun jenis cairannya sama dapat pula terjadi perbedaan indeks bias seperti pada glukosa yang memiliki konsentrasi yang berbeda. Perbedaan hasil indeks bias yang pada berbagai macam zat cair dapat disebabkan karena sudut kritis yang dibentuk oleh zat – zat tersebut lebih besar dari sudut kritis yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar datang dan sinar bias, yang dibentuk oleh aquadest, dimana semakin besar sudut kritis yang dibentuk maka semakin banyak sinar datang yang dipantulkan oleh cairan tersebut. Selain itu, perbedaan indeks bias pada zat cair tersebut dapat pula disebabkan oleh adanya perbedaan kerapatan, dimana semakin besar kerapatannya maka volumenya akan semakin kecil, sehingga indeks biasnya akan semakin kecil pula. Dapat pula disebabkan oleh perbandingan perbedaan kecepatan cahaya pada masing – masing cairan dengan kecepatan cahaya di dalam hampa udara. Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa indeks bias pada cairan yang dipakai melebihi satu, hal ini menunjukkan bahwa kecepatan cahaya dari cairan di medium lebih kecil daripada kecepatan cahaya di ruang hampa.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa minyak goreng C yang memiliki indeks bias terbesar, menghasilkan sudut kritis yang paling besar diikuti oleh minyak goreng Bimoli, glukosa 5% dan glukosa 2,5 % dan campuran glukosa dan sukrosa memiliki nilai yang sama.

VIII. KESIMPULAN
1. Refraktometer Abbe adalah alat yang digunakan untuk mengukur indeks bias cairan
2. Indeks bias aquadest adalah 1,3320
3. Indeks bias rata - rata untuk Glukosa 2,5 % adalah 1,3348
4. Indeks bias rata – rata untuk Glukosa 5 % adalah 1,3380
5. Indeks bias rata – rata untuk campuran Glukosa + Sukrosa 10 % adalah 1,3348
6. Indeks bias rata – rata untuk minyak goreng Bimoli adalah 1,4622
7. Indeks bias rata – rata untuk minyak goreng C adalah 1,4623
8. Minyak goreng C memiliki indeks bias terbesar
9. Indeks bias dipengaruhi oleh kerapatan, sudut kritis dan kecepatan cahaya

XI. DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Abbe_refractometer
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Snellius
http://smpn9depok.files.wordpress.com/2008/10/pembiasan-cahaya.pdf
http://swastikayana.wordpress.com/2009/04/08/pembiasan-cahaya/
Tim Laboratorium Kimia Fisika. 2009. Penuntun Praktikum Kimia Fisika II. Jurusan Kimia F.MIPA Universitas Udayana : Bukit Jimbaran